sementara itu di depan GOR
15-08-14
Ini masih hari yang sama dengan postingan sebelumnya.
Yuvina... tau Yuvina kan? Pasti tau lah. Anggota ekskul yang paling “terlihat”. Itu karena kepribadiannya yang penuh semangat dan terus terang. Sifatnya yang ceria dan aktif berbicara membuatnya bisa bergaul dengan siapa saja. Tahun lalu waktu masih kelas satu Yuvina pernah jadi calon wakil ketua OSIS gitu. Walaupun akhirnya gak kepilih, tapi dari situ keliatan kalo Yuvina itu sebenarnya cerdas, bijaksana dan berwawasan luas. Caranya berbicara juga diatas level rata-rata anak SMA, diplomatis dan kritis. Di kelas juga Yuvina aktif, makanya banyak guru-guru yang simpati. (Oh iya, ini rahasia loh, jangan sampe yuvina tau, karena orangnya gak seneng kalo bahas soal ini. Dulu waktu SMP Yuvina pernah jadi ketua OSIS.)
Tapi karena Yuvina yang seperti itu banyak anak-anak yang salah mengerti. Mereka mengira Yuvina itu caper, lebay dan hiper aktif. Akibatnya Yuvina sering mendapat tatapan sinis dan sindiran mengiris. Padahal yang Yuvina lakukan hanya menjadi dirinya sendiri.
Yuvina yang sedari tadi main di game istirahat sebentar dan duduk di tribun pinggir lapangan. Bro Fay mendekat dan duduk dekat Yuvina. Hal kayak gini wajar, soalnya Bro Fay emang sering mendekati anak-anak terus diajak ngobrol, gak peduli cewek ato cowok.
Dengan hati-hati Bro Fay ngajak ngobrol, “Yuvina gimana kabarnya?”
“eh, baik kok bro.”
“Yuv, mungkin cuma perasaanku aja tapi kayaknya kamu gak semangat lagi kayak dulu. Padahal dulu ceria banget. Belakangan ini aku liat setiap main hoki wajah Yuvina kayak agak kesel gitu.”
“Iya Bro, soalnya skill hokiku susah berkembang. Di puslatcab aja rasanya aku yang paling bawah, pemain lain hebat-hebat. Caca aja sekarang skillnya udah bagus banget.”
“Hmm.. susah juga. tapi setiap orang punya kekurangan dan kelebihan masing-masing. Kalo Yuvina menurutku lebih cocok di bidang organisasi gitu. Kalaupun hebat di hoki, masa depan kamu kan kurang jelas. Liat aja Bro Fay sekarang. Dari SMA di hoki tapi jadi orang gak jelas. Skripsi gak selesai-selesai...”
“Iya Bro Fay, tapi aku percaya walau ada dua orang yang bikin kopi dengan bubuk kopi yang sama, air panas yang sama, cangkir yang sama, cara ngaduk yang sama, rasanya pasti beda. Bro Fay dulu mungkin gak dapet banyak hal di hoki, tapi aku bakal buktiin aku bisa sukses. Aku percaya kalau pendidikan itu paling penting. Aku ingin masuk universitas bagus, dan salah satu caranya dengan ikut les. Tapi aku mau coba membiayai les-ku sendiri Bro Fay. Dengan ikut puslatcab aku bisa mengurangi beban orang tua.”
“Hmm...” kalau terdaftar sebagai atlet puslatcab memang mendapat dana walau gak seberapa. Tapi jumlah atlet puslatcab dibatasi. Persaingan selalu terjadi, setiap tiga bulan ada degradasi. Jadi harus selalu menunjukkan perkembangan kemampuan yang berarti.
“Itu bagus juga. lanjutkan. Kalau OSIS mu gimana? Mau coba jadi ketua OSIS?”
“Enggak kayaknya Bro Fay. Aku mau fokus di hoki.”
“Eh?! Jangan dong. Kan sayang.”
“Memang bener Bro, belajar organisasi itu penting, tapi di hoki juga aku belajar organisasi. Di OSIS lingkupnya cuma satu sekolah, tapi di hoki, aku bisa ketemu dengan anak hoki dari Gresik, Malang, dari mana-mana. Lagian dulu aku SMP juga pernah ikut OSIS.”
(Dalam hati: Pasti Bro Fay pingin aku jadi ketua OSIS biar ekskul hoki mudah dalam segala urusan.)
(Dalam hati: enggak lah, aku nggak sepicik itu. ini demi kebaikanmu sendiri biar banyak belajar dan pengalaman. Level SMA itu berat. Lagian banyak keuntungan kalo jadi ketua OSIS.)
(EH! Mereka berdua kok bisa ngobrol di dalem hati?)
“Apa kamu gak cocok sama anak-anak OSIS?” tanya Bro Fay sok tau. Sumpah Bro Fay sok tau banget.
“Enggak juga sih Bro Fay, cuma kalo kita punya pemikiran berbeda terus gak didukung kan juga susah.”
“Ya itu artinya kamu yang harus merubah mereka! Kalo kamu bisa itu artinya kamu hebat banget kan.”
“Iya sih Bro Fay,” wajah Yuvina sedikit murung.
Lalu raut wajah Bro Fay berubah jadi agak sendu. “Aku ngerasa Yuvina kelihatan gak semangat bukan cuma waktu main hoki. beda banget sama Yuvina yang dulu selalu ceria.”
“Aku juga ngerasa gitu Bro Fay. Tadi waktu jalan sehat aku kan ngurusin kupon, aku bolak-balik depan-belakang barisan. Sampe pegel banget Bro Fay. Terus ada kejadian waktu aku mau lewat beberapa gerombolan anak kelas tiga Bro Fay. Aku memang kenal mereka, terus karena gak ada jalan lain aku menerobos di tengah-tengah mereka. Misi-misi, gitu. Tapi mereka malah bilang gini: dasar caper. Gak tau kenapa sekarang aku denger banyak omongan orang yang itu bikin aku down. Aku memang sebenernya ingin jadi orang yang biasa-biasa aja Bro Fay. Pingin sama kayak anak-anak lain.”
“Hmm... sebenernya gak apa-apa. itu pilihanmu dan aku menghargainya. Tapi aku pribadi lebih suka Yuvina yang dulu. Yang selalu semangat dan ceria. Gak peduli omongan orang lain. kalau ada satu orang yang menganggap Yuvina yang dulu lebih baik, itu aku. Aku bakal kangen banget Yuvina yang kayak gitu.”
“Iya Bro Fay, aku juga gak tau kenapa. Dan ada kata-kata yang bikin aku down banget...”
“Yup, kadang ada permasalahan yang harus kita hadapi sendiri.”
nb: sementara itu, seorang anak, kecil, melihat Caca dan Putri main hoki di depan. terus anak yang sekilas tampak seperti penampakan tuyul itu nyoba main hoki dengan hati yang riang gembira.
Komentar
Posting Komentar